Konsep
Dasar Persalinan Preterm
2.2.1
Pengertian
Persalinan
Preterm adalah persalinan yang belangsung pada umur kehamilan 20 – 37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2009)
Persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu.
(Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2005)
Partus Prematurus
adalah suatu persalinan dengan hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum
cukup bulan dengan berat badan antara 1000-2500 gram atau usia kehamilan antara
28-36 minggu (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan
preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang,
merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial
meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan
berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan bayi preterm dan
pertumbuhan janin yang terhambat.
Permasalahan
yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada kematian perinatal, bayi
prematur ioni sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek
maupun kelainan jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah
: RDS (Respiratory Distress Syndrome), pendarahan intra/periventrikular, NEC
(Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko – pulmonar, sepsis dan paten
duktus arteriousus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa kelainan
neurologic seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat
terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik.
2.2.2 Etiologi
1. Iatrogenik
a. Sectio Secarea ulangan yang dilakukan <2 tahun.
b. Pengakhiran kehamilan karena keadaan khusus : diabetes,
hipertensi, IUGR dan eritroblastosis.
2. Spontan
a. Idiopatik. Sebab persalinan preterm tidak diketahui pada
50% kasus.
b. KPD
c. Inkompetensia serviks
d. Insuficiensi Placenta
e. Overdistensi uterus karena : gemelli, polihidtramnion,
janin makrosomia.
3. Perdarahan trimester
3
: Placenta previa,
Abruptio placenta, Vasa Previa
4. Abnormalitas
uterus
: Hipoplasia uteri,
Uterus bikornu, Leiomyoma
5. Trauma
: Jatuh,
Terpukul pada perut, Tindakan pembedahan
6. Penyakit ibu
: toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yang akut
7. Faktor lain
yang menyertai : Status ekonomi sosial rendah, Merokok, Bakteriuria, Perawatan prenatal yang buruk (Harry Oxorn, 2003)
Menurut Manuaba
(1998) Partus prematurus dapat disebabkan oleh berbagai hal, Kondisi umum : keadaan
sosial ekonomi rendah, gizi kurang, anemia, perokok/ kecanduan obat, kerja
keras. Penyakit ibu : hipertensi, diabetes, jantung/paru, endokrin dan terdapat
faktor rhesus. Anatomi genital : serviks inkompeten, kelainan rahim. Faktor
kebidanan : grande multi, pre-eklampsi/eklampsi, perdarahan, hidramnion, hamil
ganda, infeksi hamil, ketuban pecah dini. Faktor umur : kurang dari 20 tahun,
lebih dari 35 tahun. Manifestasi klinisnya adalah kontraksi yang berulang pada
3-5 menit sekali, terdapat pengeluaran cairan pervaginam : darah/lendir/air
ketuban, dan adanya dilatasi serviks pada usia kehamilan 20-37 minggu.
2.2.3 Manifestasi Klinik
Menurut Owen (2003), gejala persalinan prematur sangat
mirip dengan kasus normal, sehingga lolos dari kewaspadaan medis.
Tanda
dan gejala tersebut yaitu :
·
Konstraksi
uterus dengan atau tanpa rasa sakit
·
Rasa
berat di panggul
·
Kejang
uterus yang mirip dengan dismenorrhea
·
Keluarnya
cairan pervaginam
·
Nyeri
punggung.
Ditambahkan oleh Harry Oxorn (2003), terjadinya kontraksi
yang teratur dan nyeri serta intervalnya kurang dari 10 menit dan memiliki
pengaruh terhadap perubahan cervix.
2.2.4 Diagnosa
1.
Terjadinya
konstraksi
2.
Pemeriksaan
Laboratorium
·
Kultur
urine
·
Gas
dan pH darah janin
·
Darah
tepi ibu untuk membantu mengetahui jumlah leukosit
·
C
– Reaktive Protein, ada pada penderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan
kemampuannya untuk mempresipitasi fraksipolisakarida somatik nonspesifik kuman
pneumococcus yang disebut fraksi Crp dibentuk di hepatosit sebagai reaksi
terhadap 1L-1 dan 1L-6 THF.
3.
Amniosintesis
·
Menghitung
Leukosit
·
Pewarnaan
gram bakteri (+) positif
·
Kultur
·
Kadar
1L-1 dan 1L-6
·
Kadar
Glukosa
4.
Pemeriksaan
Ultrasonografi
·
Oligohidramnion
Goulk meneliti adanya hubungan antara Oligohidramnion
dengan korioamnionitis klini anterpartum.Vintzileous mendapati hubungan antara
oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
·
Penipisan
Serviks
Lanis mendapati ketebalan serviks >3 cm pada
pemeriksaan USG 96 % dapat dipastikan akan terjadi persalinan prematur. (Joseph HK,
2010)
Jika dalam evaluasi tidak memenuhi kriteria untuk
diagnosis persalinan prematur, wanita dapat dipulangkan dengan instruksi
berikut :
1. Batasi aktivitas-kurangi jam kerja untuk pekerjaan yang
tidak berat dan tidak menimbulkan stres atau ambil cuti dari pekerjaan rumah
tangga yang berat.
2. tempatkan seseorang untuk membantu pekerjaan rumah tangga
dan bertanggung jawab pengasuhan anak.
3. jangan melakukan aktivitas seksual sampai evaluasi ulang
dalam 1 minggu.
4. kontrol tiap 1 minggu
5. lanjutkan program pemenuhan nutrisi
6. bila terdapat tanda persalinan, segera datang kembali ke
klinik untuk segera dialkukan evaluasi ulang.
(Varney, 2003)
2.2.5 Komplikasi
Menurut
Syaifuddin (2010) bahwa komplikasi persalinan premature ada 2 yaitu :
1. Terhadap
Ibu
-
Tidak terlalu bahaya
-
Kemungkinan kehamilan premature kembali
terulang
2. Terhadap
Bayi
- mudah terkena infeksi
- perkembangan dan pertumbuhan
janin terhambat
2.2.6 Pencegahan
persalinan prematur
Menurut Sarwono Prawiroharjo, Ilmu Kebidanan (2005), yang
dimaksud pencegahan disini adalah pencegahan persalinan prematur yang bukan
kondisi medis (Pendarahan, hipertensi, dll)
·
Pasien
diberi tahu tentang gejala konstraksi baik secara palpasi maupun alat perekam
selama 2 jam sehari. Pasien dapat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi
4 kali atau lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik.
·
Pasien
tirah baring total dengan miring ke arah kiri
·
Perhatikan
kontra indikasi pemberian obat
2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip
umum : bila memungkinkan, hindari
persalinan sebelum kehamilan 35 minggu.
·
Rehidrasi
dan tirah baring
Untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi
frekuensi kontraksi yang bisa timbul karena aktifitas pasien.
·
Lakukan terapi konservatif (ekspektan)
dengan tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotika jika syarat berikut ini
terpenuhi :
-
Usia kehamilan 32-34 minggu
-
Tidak ada korioamnionitis, preeklamsi
atau perdarahan aktif
-
Tidak ada gawat janin
·
Terapi
Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan
<35 minggu. Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin
-
Betamethasone
12 mg 1 M tiap 24 jam selama 48 jam
-
Dexamethasone
6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam
Efek optimal terjadi setelah 24 jam pemberian terakhir
mencapai puncak dalam 48 jam dan bertahan sampai 7 hari.
Pemberian ulang kortikosteroid tidak berguna, bahkan
dapat mengganggu perkembangan motorik dan psikomotorik janin.
·
Tokolitik
Tokolitik
hanya diberikan pada 24 jam pertama untuk memberikan kesempatan pemberian
kortikosteroid. Berikan tokolitik
bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada amnionitis,
pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin.
1.
Betamimetik
(ritrodine, terbutaline)
2.
Magnesium
Sulfat
Pemberian harus diawasi dengan ketat melalui pemeriksaan
reflek patela, frekuensi pernapasan, produksi urine.
Harus tersedia antidotium kalsium glukonat 10 ml dalam
larutan 10%.
3.
Indomethacine
Pemberian dapat peroral atau perektal. Dosis 50 – 100 mg
diikuti dengan pemberian selama 24 jam yang tidak melebihi 200 mg. Pemberian
Indomethacine selama 7 hari atau lebih pada kehamilan < 33 minggu tidak
meningkatkan resiko medis pada neonatus (A.B Syaifuddin, 2002).
4.
Calcium
Charel Bloker
Aktifitas miometrium bereaksi langsung dengan kalsium
bebas dalam sitoplasma dan penurunan kadar kalsium menyebabkan terhambatnya
konstraksi uterus.
5.
Nifedipine
Nifedipine adalah tokolitik yang lebih aman dan efektif
dibanding betamimetik. Pemberian Nifedipine jaringan digunakan bersama dengan
MgSO4 karena akan memperkuat efek blokade neuromuskuler yang dapat
mengganggu fungsi jantung dan paru.
Dosis Nifedipine 20 mg peroral setipa 6 jam sampai
konstraksi uterus menghilang.
·
Antibiotika
Terapi antibiotika tidak bermanfaat dalam menghambat
persalinan preterm, tetapi hanya untuk mencegah infeksi pada neonatus.
Pemberian ampicilne atau peniciline, olyndamicine bagi
pasien yang alergi ampiciline.
Rekomendasi
Penatalaksanaan Persalinan Preterm
- Biarkan persalinan berjalan terus jika : usia
kehamilan >35 minggu, pembukaan serviks >3 cm, adanya perdarahan
aktif, adanya gawat janin, janin meninggal atau keadaan lain yang
mengancam jiwa, adanya amnionitis atau pre-eklampsia.
- Pantau kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf, hindari persalinan dengan menggunakan ekstraksi vakum karena
resiko terjadinya perdarahan intrakranial pada bayi preterm cukup tinggi.
- Persiapkan penanganan bayi preterm dan berat badan
rendah dan antisipasi kebutuhan resusitasi (A.B Syaifuddin, 2002).
Kementerian
Kesehatan RI (2013), menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan persalinan adalah sebagai berikut.
-
Lakukan SC bila janin lintang
-
Persiapan resusitasi/konsul dr.anak
untuk perawatan BBLR :
3.
Prinsipnya adalah mencegah hipotermia
4.
Jaga suhu ruang tempat melahirkan agar
tidak kurang dari 25oC,
5.
Keringkan bayi dan jauhkan handuk yang
basah
6.
Letakkan bayi pada dada ibu
7.
Periksa nafas dan denyut jantung bayi
8.
Bungkus bayi dengan plastic
9.
Selimuti ibu dan bayi dan dijaga agar
tetap hangat
10. Lakukan
IMD satu jam pertama kelahiran.
-
Untuk menghangatkan bayi, perawatan
metode kanguru dapat dilakukan bila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi :
1.
Bayi tidak mengalami kesulitan bernafas
2.
Bayi tidak mengalami kesulitan minum
3.
Bayi tidak mengalami kejang dan atau
diare
4.
Ibu dan keluarga bersedia, tidak sedang
sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC
Helen,
Varney. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC
Oxorn,
Harry. 2003. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Esentia Medica
Manuaba,
Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,
Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Syaifuddin. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustakan Sarwono Prawirohardjo.
Taber,
Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi edisi 2.
Jakarta : EGC
Takumansang. 2002. Peran
hipersensitivitas makanan pada dermatitis atopic. Saripediatri, vol 4 no 1juni
2002: 7-12. Retrieved on January, 24th 2016 from http://www.saripediatri.idai.or.id
-----------,
2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas dasar dan rujukan.
Kementerian kesehatan RI : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar