Selasa, 16 Mei 2017

Seleksi Nusantara Sehat Batch 1 Tahun 2017

Hallo guys .. Lagi Kepo yaa dengan Nusantara Sehat ? Atau kamu udah lolos tahap 1 trus skrg lagi 'gupek' cari tips2 Lolos di Seleksi  tahap 2 nya Nusantara Sehat ?
Yups! Kamu berada di link yang benar.
Kali ini saya hanya ingin berbagi pengalaman seleksi di Nusantara Sehat buat nambah referensi teman2 semua.
Sebelum ke tips 'n trik nya kamu kudu tahu dulu, Apa sih Nusantara Sehat itu ?
Nusantara Sehat merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan berbasis tim. Program ini bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DTPK dan DBK  Juga mempunyai tujuan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakkan pemberdayaan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan kesehhatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas unit utama di Kemenkes yang fokus tidak hanua pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan kesehatan masyarakat dari daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan nawa cita.
Saya mengikuti seleksi Nusantara Sehat ini pada Batch 1 tahun 2017. Pendaftaran via online diberikan tenggat waktu 1 bulan (Desember-Januari) *tanggalnya saya lupa. Mianhee :) disana kita harus mengisi form pendaftaran, mulai dari biodata diri, pendidikan, kontak, pengalaman, sampai kita diminta membuat essay.
Kisaran 2 Minggu pasca-penutupan pendaftaran, diumumkan hasil seleksi tahap 1 (berkas) melalui akun masing-masing dengan login di web resmi Nusantara sehat (NS). Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk melanjutkan di tahap 2. Namun pengumuman tsb hanya menginformasikan kita lulus atau tidak. Bila lulus diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan di RS yang telah ditunjuk oleh pihak NS. Karena saya berasal dari Lampung, saya melakukan tes di RSJ Bandar Lampung (RS yang ditunjuk untuk wilayah Lampung). Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan Jasmani dan Mental (kejiwaan). Hasil pemeriksaan tsb, dibawa saat pemberkasan seleksi tahap 2.
Pelaksanaan tahap 2 diumumkan tanggal 3 Maret 2017, kira-kira 1 bulan dari pengumuman lolos tahap 1 (cukup lama ya ?). Seleksi tahap 2 ini dilaksanakan di 12 Kota sesuai dengan masing2 regional serentak mulai tanggal 8-15 Maret 2017.
Saya mengambil tempat tes sesuai yang disarankan pihak NS yaitu di Badan Pelatihan dan Pengembangan Kesehatan (BPPK) Jakarta Selatan pada tanggal 11 Maret 2017.
Pukul 07.00 WIB saya sudah berada di lokasi dan 07.30 WIB dimulai proses registrasi peserta. Dinginnya suhu ruangan menambah dag-dig-dug hati ini. Untungnya sebelum tes dimulai, panitia menayangkan short video beberapa tim dari NS Batch 1 yang sudah di penempatan masing-masing. Sedikit banyak membantu menghangatkan kan perasaan dan mengobarkan semangat ingin berada dan berkontribusi nyata untuk Nusantara. Tes pertama adalah Psikotes, seperti psikotes pada umumnya, ada beberapa subtest, mulai dari kemampuan verbal, numerik, gambar sampai aspek psikologis kita. Yang saya ingat dari verbal hanya beberapa diantaranya : perbandingan kata, padan kata, lawan kata, kemudian ada beberapa nama dari hewan, bunga, dst dan kita diminta untuk menghafalkan nya (Tips:hafalkan huruf2 awalannya aja ya di masing2 kelompok kata :) ) selanjutnya kita diminta menghitung secepat mungkin tentang deret bilangan dan soal cerita. Untuk soal cerita ini pahami sekali perbandingan senilai dan berbalik nilai yang pernah dipelajari di bangku SMP yaa gengs.
Untuk gambar ada beberapa, yang perlu di latih adalah imajinasi kita dalam memutar-mutar sebuah kubus --" *puyeeeng* n then ada tes grafis, alias wartegg test,  belajar gambar orang real (waktu :5mnt T.T) dan pohon (5mnt juga) disertai dengan keterangan.
Naaaah, di pertengahan sesi, dari aula semua dialihkan ke ruangan kecil yang sudah di siapkan untuk FGD (Focus Grup Discussion) ada 3 observer yang nanti bakal jd asesor ketika sesi wawancara. Kebetulan di ruang saya ada 2 psikolog dan 1 dokter. Kami dibagi menjadi 8 orang tiap grup dan Diberi kasus kesehatan. Dibaca 5mnt. Menjawab soal 5 menit kemudian diskusi selama 60 menit untuk jawab pertanyaan. Intinya disini yang dilihat adalah       kerjasama Tim. Jadi jangan terlalu dominan atau terlalu memaksakan kehendak ataauu pun juga terlalu pasif .
Pasca FGD, kami kembali ke aula dan nomor urut paling rendah tinggal ditempat untuk proses wawancara. Kebetulan saya nomor urut kedua. Jadi dipersilahkan kembali untuk melanjutkan psikotes.
Kisaran 30 menit saya dipanggil untuk giliran wawancara. Dag-dig-dug luaaarrrrrr Biasaaa :)
Yang saya ingat berikan senyuuum termanis mu, dan jangan duduk sebelum dipersilahkan duduk. Interview saya Alhamdulillah berjalan lancar, bahkan terkesan hanya berdiskusi biasa.. Awalnya ditanyakan lulusan mana, usia, orang tua, riwayat pekerjaan, kemampuan dalam bekerja, dan kesanggupan jika penempatan di Papua terkait adat istiadat misalnya saat ada acara adat yang luar biasa besar, tersedia makanan yang menurut agama saya (islam) itu haram bagaimana tindakan yang saya dilakukan.
Setelah dirasa cukup, saya dipersilahkan keluar ..
Saat itu dalam hati saya, Jangan lupa berjabat tangan dengan para asesor.. Dengdong! Tangan saya duingiiin banget, sampai-sampai jadi bahan candaan para asesor. OMG. Ketahuan deh akika nerveous ..
Setelah kembali diruangan awal, saya diminta untuk melanjutkan psikotes yang tadi saya tinggalkan. Tapii, Alhamdulillah jam makan siaang, hehehe. Saya makan dulu .. Udah disiapin panitia. Asiik lah
Lanjut mengerjakan soal lagi, kira-kira pukul 15.00WIB saya telah menyelesaikan semua tes hari ini. Fiuuuuuh.
Pengumuman lolos seleksi ini ditunggu sampai 2-3minggu ke depan.
Daaan, hasilnya terereeeeng !!
Saya Lolos, tapi.. CADANGAN --"
Maksudnya cadangan disini adalah pasti dipanggil, tapi tidak langsung mengikuti pembekalan batch ini.. Waiting List. Dan itu artinya saya harus menunggu.
Tunggu cerita saya selanjutnya yaa tentang suka cita dijadikan yang kedua. Hihihiii

Semoga bermanfaat. Salam sejawat
#BidanMudaBergerak

Senin, 28 November 2016

PROGRAM ALIH JENIS : D3 KE S1 KEBIDANAN UNAIR


Hallo, buat teman-teman yang sedang mencari informasi ingin melanjutkan Pendidikan Bidan kemana atau yang justru sebentar lagi akan keluar dari masa putih abu-abu dan mau menjadi tenaga kesehatan especially bidan. Kamu pasti tahukan, ada dua tingkat pendidikan yang diakui dalam ilmu kebidanan, yaitu pendidikan vokasi (D3 dan D4) dan pendidikan profesional (Sarjana/S1 dan magister/S2).Lalu, apa beda nya ? klo program vokasi lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan guys sedangkan S1, selain skill, jelas lebih unggul dalam penguasaan materi dan manajemen.Bingung pilih mana ? For your information, IBI (Ikatan Bidan Indonesia) lebih menganjurkan penekanan ilmu kebidanan harus difokuskan pada penguatan pendidikan tingkat profesional dan magister lho tinimbang mencetak bidan vokasi (Akademi kebidanan/Akbid) yang beejjibun banyaknya. Total Akbid yang ada di Indonesia sendiri berkisar 750-an..
Berhitung mulai ! jika (anggap aja) satu akbid dalam satu angkatan mempunyai 50 calon lulusan bidan pertahun, jika ditotal seluruhnya 50 calon bidan dikali 750 akbid, OMG … 37.500 bidan pertahun! Amaziing.  Ini benar-benar ga sebanding dengan jumlah kebutuhan lapangan kerja.Untungnya,IBI bisa melihat kengerian ini, tahun 2009 IBI mengajukan moratorium untuk program AKBID.alhamdulillaaah.. sekarang mah tinggal pendistribusian ke daerah-daerah aja yang perlu dibenahi J
Okeh!
Wes ngalur ngidul ini mah interrmezzo-nya kakeh an. Maapkeun sodara.. Langsung aja.
Tadi udah disebutin kan, Ada buaaaanyaak banget akademi kebidanan pendidikan vokasi, akika rasa ndak perlu bingung untuk cari tahu dimana aja PT yang membuka.jadi, disini fokus ke program profesional S1 pendidikan bidan!
Ada beberapa Perguruan tinggi di Indonesia yang mempunyai program studi S1 Bidan. Sejauh ini yang saya tahu ada 3 yang ada di Pangkalan Data Perguruan Tinggi yaitu UNAIR, UNIBRAW di Jawa Timur, dan UNAND(Sumatera Barat). Namun, perlu diketahui hanya pendidikan Bidan di UNAIR yang membuka kesempatan kepada para bidan D3 yang ingin melanjutkan ke jenjang S1. Program ini bernama Alih Jenis.jadi buat temen-temen yang udah terlanjur masuk ke vokasi bisa beralih ke profesional nih guys. Untuk informasi selengkapnya tentang program alih jenis teman-teman dapat mengunjungi web resmi dari UNAIR disini.

Ketika saya menuliskan ini, baru beberapa minggu lalu saya menyelesaikan seluruh “rangkaian” proses pendidikan akademik di Universitas Airlangga. Mengapa saya katakan rangkaian, because saya harus menghabiskan waktu 2,5 tahun + 2 bulan matrikulasi untuk mendapatkan gelar S.Keb, Bd, padahal pendidikan D3 (Poltekkes) saya dulu juga 3 tahun. Jadi Total nya hampir 6 tahun untuk mendapat gelar tersebut.Hix. cukup lama bukan ?
No what-what’ lah ya, ada begitu banyak ilmu pengetahuan baru, dan pengalaman yang gak bakal tergantikan selama proses 3 tahun di UNAIR ini. Meskipun gak bisa dipungkiri, seringkali iri melihat teman-teman se-angkatan yang sudah mendapat gelar magisternya bahkan ada yang sedang menempuh program doktoral. Saran aja nih, Yang saya rasakan sampai sekarang, kalo visi kalian mau jadi dosen/PNS baik itu D4 atau S1 masih serba nanggung guys. Lanjut magisterrr aja ..and, I think kalo mau ambil D4 sebagai batu loncatan untuk S2 bukan pilihan yang buruk juga kok, mengingat masa tempuh pendidikan d4 jauh lebih singkat (1 tahun) tapiiii,, kalau visi kalian ingin jadi bidan yang profesional ambil selinier, dari program Sarjana.
FYI lagi nih guys, kan lg booming juga sekarang, merujuk dari RUU kebidanan, IBI mengeluarkan kebijakan kalau seluruh bidan wajib S1 Profesi, dan lulusan d4 wajib menyelesaikan program profesi lagi 1,5th. Kalau tetep ambil d3 ya dianggap pembantu bidan. Hix bgt.. Kuliah mahal. Cuma status pembantu. Dunia kerja mmg kejam. Wkwkwk
Yaah ini Mungkin bisa jadi bahan pertimbangan untuk ambil langsung s1 atau ke diploma 4 :)
Trus, gimana prospek kerja nya ?
Hmmm, sejujurnya ketika saya menuliskan ini status nya masih jadi jobseeker nih, alias pengangguran. Menunggu ijazah dan STR yang tak kunjung keluar .. Seddihhh T.T
Next, Semua lulusan bidan yang ingin bekerja di pelayanan (Kalo mau masuk akademisi/struktural ga wajib) kudu punya nih yang namanya Surat Tanda Registrasi), ga Cuma bidan, perawat dan dokter juga wajib punya loh.Untuk dapetin STR, kamu harus melakukan ujian Kompetensi.Materi yang diujikan ini isinya menyeluruh selama masa studi. Kalau lulus, dapat sertifikat kompetensi (Serkom), Serkom inilah yang dipakai sebagai salah satu syarat pengajuan pembuatan STR. Ribettt ya guys, harapannya sii benar-benar bidan yang berqualified yang bisa kerja.. hubungannya dengan nyawa Bro…
Terusssss,, untuk kerja apalagi buat freshgraduate juga butuh yang namanya sertifikat keahlian melalui pelatihan-pelatihan. Sebagian besar RS atau klinik mensyaratkan adanya sertifikat pelatihan. Yang sunnah muakkad sih Asuhan Persalinan Normal (APN), PPGDON, dan CTU.jangan tanya biayanya T.T satu pelatihan biayanya sekitar 2,5 juta. Kebijakan pemerintah ini mungkin baik niatnya, meningkatkan kualitas Bidan siap pakai sehingga mengurangi Angka Kematian dan kesakitan Ibu dan Bayi.. tapi ntahlah sampai sekarang saya merasa semua nya sering dimanfaatkan ke arah bisnis.
Semoga keadaan cepat membaik.
Banyak yang harus dibenahi dalam Profesi ini.
Semoga bermanfaat. Salam sejawat. 
#BidanMudaBergerak!

#ntahngomongapalahsayaini.

Minggu, 06 Maret 2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PRETERM

 Konsep Dasar Persalinan Preterm
2.2.1        Pengertian
Persalinan Preterm adalah persalinan yang belangsung pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 2009)
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu. (Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2005)
Partus Prematurus adalah suatu persalinan dengan hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum cukup bulan dengan berat badan antara 1000-2500 gram atau usia kehamilan antara 28-36 minggu (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan bayi preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.
Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada kematian perinatal, bayi prematur ioni sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun kelainan jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah : RDS (Respiratory Distress Syndrome), pendarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko – pulmonar, sepsis dan paten duktus arteriousus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologic seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik.
2.2.2    Etiologi
                 1.     Iatrogenik
a.       Sectio Secarea ulangan yang dilakukan <2 tahun.
b.      Pengakhiran kehamilan karena keadaan khusus : diabetes, hipertensi, IUGR dan eritroblastosis.
2.     Spontan
a.       Idiopatik. Sebab persalinan preterm tidak diketahui pada 50% kasus.
b.      KPD
c.       Inkompetensia serviks
d.      Insuficiensi Placenta
e.       Overdistensi uterus karena : gemelli, polihidtramnion, janin makrosomia.
3.     Perdarahan trimester 3 : Placenta previa, Abruptio placenta, Vasa Previa
4.      Abnormalitas uterus : Hipoplasia uteri, Uterus bikornu, Leiomyoma
5.     Trauma : Jatuh, Terpukul pada perut, Tindakan pembedahan
6.     Penyakit ibu : toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam yang akut
7.     Faktor lain yang menyertai : Status ekonomi sosial rendah, Merokok, Bakteriuria, Perawatan prenatal yang buruk (Harry Oxorn, 2003)
Menurut Manuaba (1998) Partus prematurus dapat disebabkan oleh berbagai hal, Kondisi umum : keadaan sosial ekonomi rendah, gizi kurang, anemia, perokok/ kecanduan obat, kerja keras. Penyakit ibu : hipertensi, diabetes, jantung/paru, endokrin dan terdapat faktor rhesus. Anatomi genital : serviks inkompeten, kelainan rahim. Faktor kebidanan : grande multi, pre-eklampsi/eklampsi, perdarahan, hidramnion, hamil ganda, infeksi hamil, ketuban pecah dini. Faktor umur : kurang dari 20 tahun, lebih dari 35 tahun. Manifestasi klinisnya adalah kontraksi yang berulang pada 3-5 menit sekali, terdapat pengeluaran cairan pervaginam : darah/lendir/air ketuban, dan adanya dilatasi serviks pada usia kehamilan 20-37 minggu.

2.2.3         Manifestasi Klinik
Menurut Owen (2003), gejala persalinan prematur sangat mirip dengan kasus normal, sehingga lolos dari kewaspadaan medis.
                 Tanda dan gejala tersebut yaitu :
·         Konstraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
·         Rasa berat di panggul
·         Kejang uterus yang mirip dengan dismenorrhea
·         Keluarnya cairan pervaginam
·         Nyeri punggung.
Ditambahkan oleh Harry Oxorn (2003), terjadinya kontraksi yang teratur dan nyeri serta intervalnya kurang dari 10 menit dan memiliki pengaruh terhadap perubahan cervix.
  
2.2.4  Diagnosa
1.      Terjadinya konstraksi
2.      Pemeriksaan Laboratorium
·         Kultur urine
·         Gas dan pH darah janin
·         Darah tepi ibu untuk membantu mengetahui jumlah leukosit
·         C – Reaktive Protein, ada pada penderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksipolisakarida somatik nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi Crp dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap 1L-1 dan 1L-6 THF.
3.      Amniosintesis
·         Menghitung Leukosit
·         Pewarnaan gram bakteri (+) positif
·         Kultur
·         Kadar 1L-1 dan 1L-6
·         Kadar Glukosa
4.      Pemeriksaan Ultrasonografi
·         Oligohidramnion
Goulk meneliti adanya hubungan antara Oligohidramnion dengan korioamnionitis klini anterpartum.Vintzileous mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
·         Penipisan Serviks
Lanis mendapati ketebalan serviks >3 cm pada pemeriksaan USG 96 % dapat dipastikan akan terjadi persalinan prematur. (Joseph HK, 2010)
Jika dalam evaluasi tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis persalinan prematur, wanita dapat dipulangkan dengan instruksi berikut :
1.      Batasi aktivitas-kurangi jam kerja untuk pekerjaan yang tidak berat dan tidak menimbulkan stres atau ambil cuti dari pekerjaan rumah tangga yang berat.
2.      tempatkan seseorang untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan bertanggung jawab pengasuhan anak.
3.      jangan melakukan aktivitas seksual sampai evaluasi ulang dalam 1 minggu.
4.      kontrol tiap 1 minggu
5.      lanjutkan program pemenuhan nutrisi
6.      bila terdapat tanda persalinan, segera datang kembali ke klinik untuk segera dialkukan evaluasi ulang.
(Varney, 2003)
2.2.5 Komplikasi
           Menurut Syaifuddin (2010) bahwa komplikasi persalinan premature ada 2 yaitu :
1.      Terhadap Ibu
-          Tidak terlalu bahaya
-          Kemungkinan kehamilan premature kembali terulang
2.      Terhadap Bayi
- mudah terkena infeksi
- perkembangan dan pertumbuhan janin terhambat
2.2.6 Pencegahan persalinan prematur
Menurut Sarwono Prawiroharjo, Ilmu Kebidanan (2005), yang dimaksud pencegahan disini adalah pencegahan persalinan prematur yang bukan kondisi medis (Pendarahan, hipertensi, dll)
·         Pasien diberi tahu tentang gejala konstraksi baik secara palpasi maupun alat perekam selama 2 jam sehari. Pasien dapat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau lebih per jam diminta untuk menghubungi klinik.
·         Pasien tirah baring total dengan miring ke arah kiri
·         Perhatikan kontra indikasi pemberian obat

2.2.6 Penatalaksanaan
  Prinsip umum :    bila memungkinkan, hindari persalinan sebelum kehamilan 35 minggu.
·         Rehidrasi dan tirah baring
Untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi frekuensi kontraksi yang bisa timbul karena aktifitas pasien.
·         Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotika jika syarat berikut ini terpenuhi :
-          Usia kehamilan 32-34 minggu
-          Tidak ada korioamnionitis, preeklamsi atau perdarahan aktif
-          Tidak ada gawat janin

·         Terapi Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan <35 minggu. Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin
-          Betamethasone 12 mg 1 M tiap 24 jam selama 48 jam
-          Dexamethasone 6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam
Efek optimal terjadi setelah 24 jam pemberian terakhir mencapai puncak dalam 48 jam dan bertahan sampai 7 hari. Pemberian ulang kortikosteroid tidak berguna, bahkan dapat mengganggu perkembangan motorik dan psikomotorik janin.

·         Tokolitik
Tokolitik hanya diberikan pada 24 jam pertama untuk memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid. Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada amnionitis, pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin.
1.      Betamimetik (ritrodine, terbutaline)
2.      Magnesium Sulfat
Pemberian harus diawasi dengan ketat melalui pemeriksaan reflek patela, frekuensi pernapasan, produksi urine. Harus tersedia antidotium kalsium glukonat 10 ml dalam larutan 10%.
3.      Indomethacine
Pemberian dapat peroral atau perektal. Dosis 50 – 100 mg diikuti dengan pemberian selama 24 jam yang tidak melebihi 200 mg. Pemberian Indomethacine selama 7 hari atau lebih pada kehamilan < 33 minggu tidak meningkatkan resiko medis pada neonatus (A.B Syaifuddin, 2002).
4.      Calcium Charel Bloker
Aktifitas miometrium bereaksi langsung dengan kalsium bebas dalam sitoplasma dan penurunan kadar kalsium menyebabkan terhambatnya konstraksi uterus.
5.      Nifedipine
Nifedipine adalah tokolitik yang lebih aman dan efektif dibanding betamimetik. Pemberian Nifedipine jaringan digunakan bersama dengan MgSO4 karena akan memperkuat efek blokade neuromuskuler yang dapat mengganggu fungsi jantung dan paru.
Dosis Nifedipine 20 mg peroral setipa 6 jam sampai konstraksi uterus menghilang.
·         Antibiotika
Terapi antibiotika tidak bermanfaat dalam menghambat persalinan preterm, tetapi hanya untuk mencegah infeksi pada neonatus. Pemberian ampicilne atau peniciline, olyndamicine bagi pasien yang alergi ampiciline.
Rekomendasi Penatalaksanaan Persalinan Preterm
  1. Biarkan persalinan berjalan terus jika : usia kehamilan >35 minggu, pembukaan serviks >3 cm, adanya perdarahan aktif, adanya gawat janin, janin meninggal atau keadaan lain yang mengancam jiwa, adanya amnionitis atau pre-eklampsia.
  2. Pantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf, hindari persalinan dengan menggunakan ekstraksi vakum karena resiko terjadinya perdarahan intrakranial pada bayi preterm cukup tinggi.
  3. Persiapkan penanganan bayi preterm dan berat badan rendah dan antisipasi kebutuhan resusitasi (A.B Syaifuddin, 2002).
Kementerian Kesehatan RI (2013), menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persalinan adalah sebagai berikut.
-          Lakukan SC bila janin lintang
-          Persiapan resusitasi/konsul dr.anak untuk perawatan BBLR :
3.      Prinsipnya adalah mencegah hipotermia
4.      Jaga suhu ruang tempat melahirkan agar tidak kurang dari 25oC,
5.      Keringkan bayi dan jauhkan handuk yang basah
6.      Letakkan bayi pada dada ibu
7.      Periksa nafas dan denyut jantung bayi
8.      Bungkus bayi dengan plastic
9.      Selimuti ibu dan bayi dan dijaga agar tetap hangat
10.  Lakukan IMD satu jam pertama kelahiran.
-          Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru dapat dilakukan bila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi :
1.      Bayi tidak mengalami kesulitan bernafas
2.      Bayi tidak mengalami kesulitan minum
3.      Bayi tidak mengalami kejang dan atau diare
4.      Ibu dan keluarga bersedia, tidak sedang sakit.

DAFTAR PUSTAKA


Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Helen, Varney. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC

Oxorn, Harry. 2003. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta:     Yayasan Esentia Medica

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Syaifuddin. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan             Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustakan Sarwono Prawirohardjo.

Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi edisi 2. Jakarta : EGC

Takumansang. 2002. Peran hipersensitivitas makanan pada dermatitis atopic. Saripediatri, vol 4 no 1juni 2002: 7-12. Retrieved on January, 24th 2016 from http://www.saripediatri.idai.or.id

-----------, 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas dasar dan rujukan. Kementerian kesehatan RI : Jakarta